Pendahuluan
Perlengkapan
peledakan (Blasting supplies/Blasting
accessories) adalah material yang diperlukan untuk membuat rangkaian peledakan
sehingga isian bahan peledak dapat dinyalakan. Perlengkapan peledakan hanya
dapat dipakai untuk satu kali penyalaan saja. Hal-hal yang harus kita
perhatikan di dalam memilih perlengkapan peledakan :
1.
Bahan peledak
komersial adalah dari kelas bahan peledak kimia. Dalam hal ini detonator, sumbu
ledak, dan sumbu api harus diperlakukan sebahgai bahan peledak.
2.
Pabrik bahan
peledak selalu memberikan keterangan mengenai spesifikasi bahan peledak yang
dihasilkannya.
3.
Untuk pedoman
pelaksanaannya beberapa sifat bahan peledak yang harus diperhatikan adalah :
a.
Kekuatan ( Strenght
)
b.
Kerapatan/ Berat
jenis ( Density/ Specific Gravity )
c. Kecepatan Detonasi ( Detonation Velocity )
d.
Kepekaan (
Sensitivity )
e.
Ketahanan Terhadap
Air ( Water Resistensy )
f.
Gas Beracun ( Fumes
)
g.
Kemasan ( Package )
4.
Perlengkapan bahan
peledak terdiri dari detonator, sumbu api, sumbu ledak, dll
Latar Belakang Teori
Bahan peledak komersial umumnya adalah
dari bahan peledak kimia (chemical explosive), yaitu semua jenis bahan peledak
yang lazim digunakan untuk tujuan pembangunan. Dalam hal ini detonator, sumbu
ledak, dan sumbu api harus diperlakukan untuk mendukung bahan peledak.
Pabrik bahan peledak selalu memberi
katalog dan keterangan mengenai spesifikasi bahan peledak yang dihasilkan. Untuk
pedoman pelaksanaan, beberapa sifat bahan peledak yang harus diperhatikan antara
lain :
a.
Kekuatan (strength).
b.
Kerapatan
(density).
c.
Kecepatan
detonasi (detonation velocity).
d. Kepekaan (sensitivity).
e.
Ketahanan
terhadap air (water resistance).
f. Gas beracun (fumes).
g. Kemasan (package).
Perlengkapan peledakan terdiri
dari : detonator, sumbu api, sumbu ledak, bahan peledak, dan kabel-kabel
konduktor.
a.
Detonator
Detonator adalah
alat yang digunakan untuk menimbulkan gelombang detonasi sehingga mampu meledakan
primer yang disediakan. Ada beberapa macam detonator yaitu :
1) Detonator listrik (Electric Blasting Caps/EBC)
Pada dasarnya
detonator listrik terdiri dari sebuah metal shell yang di dalamnya terdapat power charge dan sebuah electrical ignition element yang
dihubungkan dengan insulated wires
yang disebut leg wire. Dan pada garis
besarnya detonator listrik dapat di bagi menjadi dua macam yaitu :
Ø Instantaneous
detonator (detonator tanpa
element delay).
Ø Dellay
detonator, dimana fungsi dari
delay ini adalah :
o
Menentukan
muka peledakan.
o
Mengatur
fragmentasi.
o
Mengurangi
getaran yang ditimbulkan.
2) Detonator biasa
b. Sumbu
Api
Sumbu api adalah sumbu yang berfungsi
merambatkan api guna meledakan suatu bahan peledak. Komposisi sumbu api terdiri
dari bagian inti dan pembungkus. Inti sumbu api terdiri dari low explosive (Potassiun Nitrat Black Powder),
pembungkusnya dapat berupa textile atau jute.
a.
Macam sumbu api :
Berdasarkan kecepatan rambatnya, sumbu
api ada 2 jenis :
- Sumbu api berkecepatan kira-kira 120 detik/yd
- Sumbu api berkecepatan kira-kira 90 detik/yd.
Berdasarkan pembungkusnya, sumbu api
dapat dibagi menjadi 2 macam :
- Textile Type Fuses
- Plastic Type Fuses.
b.
Cara dan alat pengapian sumbu api :
- Hot Wire Fuse Lighte
- Pull Wire Fuse
- Lead Spliter Fuse Lighter
- Cigarette Lighter
- Igneter Cord, dimana igneter cord ini ada tiga type :
- Fast Type
- Medium Speed
Type
- Slow Speed Type
c.
Penyalaan awal pada sumbu api :
·
Sumbu api
dengan korek api
·
Sumbu api dan
detonator biasa.
d.
Rangkaian peledakan dengan sumbu api :
·
Pengisian lubang
tembak
·
Peledakan
tunggal (Single shot)
·
Peledakan
lubang tembak banyak (Multiple shot), dengan cara :
- Cara Trimming
- Dengan
menggunakan Igneter Cord
- Menggunakan IC
dan sumbu api tidak sama panjang.
c.
Sumbu Ledak
Sumbu Ledak (Detonating Fuse, Detonating Cord)
adalah suatu sumbu yang berintikan initiating explosive (biasanya
Pentaerythritol Tetranitrat) yang dimasukan dalam suatu pembungkus plastik dan
berbagai kombinasi textile, kawat halus dan plastik. Fungsi sumbu ledak dalam
peledakan ialah untuk merambatkan gelombang detonasi sampai ke isian.
Jadi perbedaan
antara sumbu api dengan sumbu ledak ialah pada bahan intinya. Bahan inti sumbu
api ialah low explosive sedangkan inti sumbu ledak adalah high explosive.
Sehingga pada sumbu api yang terjadi ialah rambatan nyala api, sedangkan pada
sumbu ledak terjadi rambatan gelombang detonasi.
a.
Terdapat sumbu ledak jenis khusus untuk keperluan
tertentu, misalnya :
- Detacord
- Plastic Reinforced Primacord
- Seismic Cord
- Rdx 70 Primacord.
Sumbu ledak dikemas dalam bentuk
gulungan pada coil (500-1000 ft per coil). Satu kotak kemasan berisi dua coil
atau 2000 ft dengan berat antara 11-17 lb/1000 ft.
b.
Ada tiga cara untuk menunda waktu peledakan yaitu
·
Igneter Cord
·
Trimming
(pengaturan panjang sumbu tidak terkecuali ssumbu api atau sumbu ledak untuk
mengatur peledakan sesuai yang diinginkan)
·
Kombinasi
keduanya.
c.
Cara penyalaan awal dengan sumbu ledak :
·
Dengan
detonator biasa
·
Dengan
detonator listrik.
d.
Penggalakan (Priming) pada sumbu ledak :
·
Memakai Dodol
dynamite
·
Booster
d. Bahan Peledak
Bahan
peledak adalah suatu campuran dari bahan-bahan berbentuk padat atau cair
ataupun campuran dari keduanya yang apabila terkena suatu aksi misalnya panas,
benturan, atau gesekan akan berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang
sebagian besar atau seluruhnya berbentuk gas, dan perubahan tersebut
berlangsung dalam waktu yang singkat, disertai efek panas dan tekanan yang
sangat tinggi (Keppres RI No. 5 Tahun 1988).
1) Klasifikasi Bahan Peledak
Berdasarkan
Keppres No. 5/1988 juga SK Menhankam No. SKEP/974/VI/1988 membagi bahan peledak
(Explosives) menjadi dua golongan
besar yaitu :
a. Bahan peledak industri (komersial)
b. Bahan peledak militer
Bahan
peledak industri dibedakan ke dalam dua kelompok sesuai dengan kecepatan
kejutnya (Jimeno dkk, 1995), yaitu :
a. Bahan peledak cepat (Rapid and Detonating Explosives)
Memiliki
kecepatan antar 2000-7000 m/detik dan dibedakan lagi menjadi dua yaitu primer
(energinya tinggi dan sensitive, ntuk isian detonator dan primer cetak, seperty
mercury fulminate, PETN, pentolite), dan sekunder yang kurang
sensitive, dipakai untuk isian lubang ledak.
b. Bahan peledak lambat (Slow and Deflagrating Explosives)
Memiliki
kecepatan di bawah 2000 m/detik, contoh gunpowder
senyawa piroteknik dan senyawa propulsive untuk artileri.
Ahli
bahan peledak lain (Manon, 1976) membedakan bahan peledak industri menjadi dua
kelompok yaitu :
a. Bahan peledak kuat (High Explosives).
Mempunyai
kecepatan detonasi antar 1600-7500 m/detik, sifat reaksinya detonasi (propagasi
gelombang kejut) dan menghasilkan efek menghancurkan (Shattering effect). Contoh : dynamite, TNT (Tri Nitro Toluene),
PETN (Penta Era-Thritol Tetra Nitrate)
Bahan
peledak kuat dapat dibagi menjadi dua yaitu :
·
Primary
explosive ( initiating explosive ), yaitu bahan peledak yang mudah meledak
karena terkena api, benturan, gesekan, dan semacamnya. Misalnya Pb N6 (ONC)2
·
Secondary
explosive ( non initiating explosive ), yaitu bahan peledak yang hanya akan
meledak apabila ada ledakan yang mendahuluinya. Misalnya ledakan dari sebuah
detonator
b. Bahan peledak lemah (Low Explosives).
Kecepatan
reaksi kurang dari 1600 m/detik, sifat reaksinya deflagrasi (reaksi kimia yang
cepat), dan menimbulkan efek pengangkatan (heaving
effect). Contoh : black powder, propelant
2)
Sifat-sifat
Bahan Peledak
Sifat-sifat
bahan peledak yang berpengaruh dalam hasil peledakan yaitu kekuatan, kecepatan
detonasi, kepekaan, bobot isi bahan peledak, tekanan detonasi, ketahanan
terhadap air, sifat gas beracun dan permissibilitas.
a. Kekuatan (Weight
Strength and Volume Strength).
Kekuatan suatu bahan
peledak berkaitan dengan kandungan energi yang dimiliki oleh bahan peledak
tersebut, dan Kekuatan suatu bahan peledak merupakan ukuran kemampuan bahan
peledak tersebut untuk melakukan kerja. Biasanya dinyatakan dala persen(%). Weight
Strength menyatakan % berat NG yang terdapat dalam Straight-NG Dynamite, yang
menghasilakan simpangan Ballistic mortal yang sama dengan bahan peledak yang
diukur apabila keduanya diledakan pada berat yang sama.
Bahan Peledak
|
Energi
(Mj/Kg)
|
Vol. Gas
(m3/Kg)
|
Weight Strength
Dibandingkan
|
|
Dynamite
|
ANFO
|
|||
Dynamite I
Dynamite II
ANFO
TNT-Al Slurry
Light Slurry
ANFO 10% Al
TNT
RDX
PETN
Nitroglycerin
Nitromethane
|
5,00
4,42
3,89
4,50
3,44
5,56
4,1
5,54
6,12
6,27
6,4
|
0,850
0,904
0,973
0,700
0,900
0,800
0,960
0,908
0,780
0,715
0,723
|
1,00
0,91
0,84
0,89
0,75
1,09
0,82
1,09
1,17
1,19
1,21
|
1,19
1,08
1,00
1,06
0,89
1,30
0,98
1,30
1,39
1,42
1,44
|
Tabel 2.1
Energi Bahan
Peledak, Volume Gas Dan Weight Strength
b. Kecepatan Detonasi (Velocity of Detonation/VOD).
Velocity of Detonation (VOD)
adalah kecepatan gelombang detonasi yang menerobos sepanjang kolom isian bahan
peledak, dinyatakan dalam meter/detik. Kecepatan detonasi bahan peledak
komersial ialah antar 1500-8000 m/s. kecepatan detonasi suatu bahan peledak tergantung
pada jenis bahan peledak (ukuran butir dan bobot isi), diameter dodol dan
diameter lubang ledak, derajat pengurungan (degree
of Confinement) dan penyalaan awal (Initiating).
c. Kepekaan (Sensitivity).
Sensitivity adalah ukuran
besarnya impuls yang diperlukan oleh bahan peledak untuk memulai bereaksi dan
menyebarkan reksi peledakan keseluruh isian. Kepekaan bahan peledak tergantung
pada komposisi kimia, ukuran butir, bobot isi, pengaruh kandungan air dan
temperatur. Beberapa macam kepekaan yaitu kepekaan terhadap benturan (Sensivity
to shock), kepekaan terhadap gesekan (Sensivity to friction), kepekaan terhadap
panas (Sensivity to heat) dan kepekaan terhadap ledakan bahan peledak lain dari
jarak tertentu (gap sensivity).
d. Bobot Isi Bahan Peledak (Density).
Density adalah perbandingan
antara berat dan volume bahan peledak, dinyatakan dalam gr/cm3.
bobot isi biasanya juga dinyatakan dalam istilah Specific Grafity (SG), Stick
Count (SC), atau Loading Density
(De).
·
Specific Grafity adalah perbandingan antara density bahan peledak terhadap density air pada
kondisi setandar. SG bahan peledak komersial antara 0,6-1,7.
·
Stick Count adalah jumlah dodol (catridge) ukuran standar 1 ¼”x8”yang terdapat dalam 1
dos seberat 50 pound. Stick count badak antara 232-83.
·
Loading Density adalah berat bahan peledak per unit panjang dari isian.
e. Tekanan Detonasi (Detonation Pressure).
Detonation Pressure ialah
penyebaran tekanan gelombang ledakan dalam kolom isian bahan peledak,
dinyatakan dalam kilo bar (kb). Tekanan detonasi bahan peledak komersial antara
5-150 kb.
Tekanan akibat ledakan
akan terjadi disekitar dinding lubang ledak dan menyebar ke segala arah, yang
intensitasnya tergantung pada jenis bahan peledak (kekuatan, bobot isi, VOD),
tingkat/derajat pengurangan, jumlah dan temperatur gas hasil ledakan.
f. Ketahanan Terhadap Air (Water Resistance).
Water Resistance dari suatu
bahan peledak ialah kemampuan handak itu dalam menahan rembesan air dalam waktu
tertentu tanpa merusak, merubah atau mengurangi kepekaannya, dinyatakan dalam
jam. Sifat ini sangat penting dalam kaitannya dalam kondisi tempat kerja, sebab
untuk sebagian besar jenis handak adanya air dalam lubang ledak dapat
mengakibatkan ketidak seimbangan kimia dan memperlambat reaksi pemanasan. Lebih
lanjut air juga dapat mengakibatkan kerusakan bahan peledak.
Dikenal ada lima tingkatan
ketahanan terhadap air, yaitu :
·
Sempurna,
jika tahan terhadap air lebih dari 12 jam,
·
Sangat bagus,
jika tahan trhadap air 8-12 jam,
·
Bagus, jika
tahan terhadap air 4-8 ajm,
·
Cukup, jika
tahan terhadap air kurang dari 4 jam,
·
Buruk, juka
tidak tahan terhadap air.
Bahan peledak dapat
dilindungi dari air dengan cara menambah campuran gelatin kedalam komposisinya,
atau secara fisik dibungkus dengan pembungkus kedap air seperti wood fiber, paraffin, dan politilen.
g. Sifat Gas Beracun (Fumes).
Bahan peledak yag meledak
menghasilkan dua kemungkinan jenis gas yaitu smoke atau fumes. Smoke tidak berbahaya karena hanya
trdiri dari uap atau asap yang berwarna putih. Sedangkan fumes berwarna kuning
dan berbahaya karena sifatnya beracun, yaitu terdiri dari Karbon-Monoksida (CO)
dan Oksida – Nitrogen (Nox).
Fumes dapat terjadi bila bahan peledak yang diledakan tidak memiliki
keseimbangan oksigen, dapat trjadi pula bila bahan peledak tersebut sudah
kadaluarsa selama penyimpanan, atau karena hal lain.
Pembahasan
Pada operasi peledakan faktor keamanan
dan juga biaya (ekonomi harus sangat diperhatikan), maka perlu dilakukan
pengujian dan pemilihan unsur-unsur peledakan serta rangkaiannya secara tepat dan
cermat. Karena untuk menghindari masalah dimana dapat merugikan dan menghambat
proses peledakan tersebut, seperti terjadi miss-fire
yaitu bahan peledak tidak meledak atau meledak sebagian saja.
Hal ini bisa disebabkan oleh :
- Bahan peledak telah rusak atau waktu pengisian terjadinya kerusakan komponen.
- Rangkaian sambungan kabel ada yang putus.
- Detonator yang digunakan tidak berfungsi dengan baik.
- Telah terjadi Cut Off (penyalaan terputus oleh peledakan sebelumnya).
Untuk mengatasi hal tersebut maka
langkah-langkah yang harus diperhatikan adalah melakukan tenggang waktu antara
saat terjadinya miss-fire dengan
tempat peledakan selanjutnya. Kemudian tempat terjadi miss-fire itu segera dilokalisir untuk diadakan tindakan pengamanan
serta penelitian penyebab terjadinya dengan menggunakan peralatan khusus.
Sehingga proses selanjutnya dapat dilaksanakan dengan baik.
Dalam pemilihan perlengkapan peledakan
seperti bahan peledak, ini harus sangat diperhatikan. Kondisi lapangan harus
mendukung dengan bahan peladak yang dipilih. Misalnya pada tambang batubara
harus digunakan bahan peledak jenis permissible explosive dengan campuran
tertentu agar tidak mengeluarkan gas beracun.
Penggunaan detonator ada dua cara,
yaitu satu detonator untuk meledakkan satu lubang ledak atau satu detonator
untuk meledakkan beberapa lubang ledak. Pemasangan detonator yang berbeda ini
dapat mempengaruhi kecepatan peledakan, karena detonator berfungsi sebagai alat
yang memicu terjadinya ledakan dan ikut meledak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar